Cari Blog Ini

Jumat, 16 Oktober 2009

Budaya Organisasi

Pengertian Budaya Organisasi

Budaya adalah suatu keseluruhan kepercayaan, aturan, teknik, lembaga dan barang-barang atau perkakas ciptaan manusia yang mencirikan populasi manusia. Dengan lain kata bahwa kebudayaan tersebut terdiri dari berbagai pola masyarakat tertentu serta berkaitan dengan gaya hidup yang unik dari suatu kelompok orang-orang tertentu. Mereka sepakat bahwa budaya dapat dipelajari dan bukan merupakan bawaan sejak lahir, berbagai aspek budaya saling berhubungan, kebudayaan adalah berbagi, dengan adanya kebudayaan dapat menentukan batas-batas kelompok. Hal ini di sebabkan kelompok masyarakat terdiri dari orang-orang dan budayanya. Oleh karena itu tidak cukup hanya membicarakan satu hal tanpa menghubungkannya dengan yang lain (Ball and McCulloch, 2000).

Pendefinisian terhadap budaya organisasi oleh berbagai kalang para ahli seperti di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kilman, Saxton, dan Serpa (1986), “ Falsapah ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama dan mengikat suatu masyarakat”.

2. Eliott (Duncar, 1989), “ Cara berfikir dan melakukan sesuatu yang mentradisi, yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi dan para anggota baru harus mempelajari atau paling tidak menerimanya sebagian agar mereka diterima sebagai bagian organisasi”.

3. Wheelen and Hunger (1986), ” Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang dianut bersama oleh anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya”.

4. Grifin and Ebert (1989), “ Budaya organisasi adalah pengalaman, sejarah, keyakinan, dan norma-norma bersama yang menjadi ciri organisasi”.

Manfaat Budaya Organisasi

Budaya organisasi hingga saat ini, dirasakan telah mempunyai peranan yang sangat penting, selain itu juga sebagai alat untuk mengikat atau menyatukan pandangan setiap anggota di dalam organisasi, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan bersama yang disepakati untuk diraih. Di dalam pencapaian tersebut dapat di laksanakan berdasarkan pada rentang kendali yang telah diperluas, menghorisontalkan struktur organisasi, diperkenalkannya tim-tim kerja, pengurangan aktivitas formalisasi, diberikannya otonomi tugas dan pekerjaan kepada karyawan oleh organisasi yang bersangkutan. Jadi makna bersama yang didistribusikan oleh budaya. Budaya yang kuat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa semua orang yang berda di dalam organisasi diarahkan ke suatu pandangan arah yang sama (Stephen P. Robbin, 1996). Seperti yang telah diketahui, siapa saja yang memperoleh tawaran kerja pada suatu organisasi, maka yang dinilai sebagai prestasi tinggi, dan yang dipromosikan sangatlah dipengaruhi kecocokkan individu organisasi terhadap organisasinya, artinya bahwa sikap dan prilaku kesehariannya harus sesuai dengan nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam organisasi bersangkutan atau yang biasa dikenal dengan isitilah budaya. Totalitas budaya dapat diartikan sebagai perilaku, seni, kepercayaan, kelembagaan, dan semau produk lain dari karya dan penilaian manusia yang mencerminkan suatu masyarakat atau penduduk yang dikembang secara bersama-sama (Kotter, 1997).

Pada tingkatan yang lebih mendalam, budaya mengarah kenilai-nilai yang dianut bersama-sama oleh setiap orang dalam kesempatan dan kecenderungan bertahan sepanjang waktu walaupun telah terjadi perubahan pada anggotanya. Tingkat yang lebih terikat, mecoba menggambarkan pada pola atau gaya perilaku suatu organisasi sehingga para karyawannya secara otomatis terdorong untuk mengikuti perilaku sejawatnya atau dengan kata lain terdapatnya tindakan melakukan pencontohan dari rekan sejawatnya. Biasanya hal tersebut di awali oleh para pimpinan (leader) organisasi.

Menurut Schein, budaya diartikan sebagai suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok dalam proses belajar menghadapi permasalahan dan beradaptasinya manusia terhadap lingkunganya dan pengitegrasian dirinya, yang telah diuji kegunaannya, dan yang patut dan layak untuk diterapkan pada generasi berikutnya (pegawai baru) yang merupakan suatu cara yang dirasakan baik dan benar untuk dipandang, memikirkan, dan merasakan permasalahan semacam itu. Budaya organisasi kerap kali digunakan sebagai alat dan kunci untuk keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian strategi usaha organisasi. Dengan kata lain, terdapatnya suatu kecenderungan pada budaya organisasi adalah merupakan suatu tonggak atau pondasi yang harus dimiliki organisasi, dimana ia akan dapat menentukan suatu kontinuitas kinerja bisnis dalam jangka panjang maupun jangka pendeknya. Setelah organisasi melakukan penstandarisi atau memformalkan nilai-nilai tersebut dan yang dijadikan sebagai suatu aturan main serta pedoman sebagaimana yang seharus telah ditentukan untuk karyawannya, maka nilai-nilai tersebut diharapkan akan terbentuk.Manfaat besar dengan adanya budaya organisasi adalah dimana para pengikutnya atau karyawan dapat terfokuskan dan tercurahkan segala perhatiannya pada sistem nilai-nilai yang ada dan berlaku di dalam organisasi. Selain itu juga di kalangan menejer atau para penyelia yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab di dalam suatu organisasi, maka dengan nilai-nilai yang berlaku dapat dipakai sebagai dasar di dalam membuat dan menetapkan suatu keputusan yang lebih baik, hal ini dikarenakan adanya rambu-rambu yang jelas dari sistem nilai dari suatu budaya organisasinya.

Aspek Kajian Budaya Organisasi

Dimensi-dimensi yang terdapat sebagai asumsi budaya organisasi pada tingkat asumsinya dan belief dari teori Schein sebagai berikut:

a. Hubungan dengan lingkungan

Aspek hubungan ini mengamati pada hubungan yang mendasar tentang bagaimana hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya. Bisa di nilai melalui angota-anggota kunci organisasi. Aspek ini memiliki 3 (tiga) elemen yang cukup penting sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan, bagaimana mereka memandang peran organisasi dalam masyarakat, di mana hal tersebut bisa di lihat melewati jenis produk yang di hasilkan atau cara pelayanan yang diberikan, atau di mana pasar utamanya juga segmen pelanggannya.

2. Seperti apa pandangan mereka terhadap lingkungan yang relevan dengan organisasi baik terhadap lingkungan ekonomi, politik, teknologi, sosial budaya serta terhadap yang lainnya.

3. Bagaimana mereka memandang posisi organisasi terhadap lingkungannya, apakah organisasi lebih mendominasi ? atau di dominasi oleh lingkungan, atau bahkan posisi organisasi seimbang dengan lingkungannya ?

b. Hakekat kegiatan manusia

Pada tingkat aspek ini, berkaitan dengan pandangan semua anggota organisasi mengenai hal-hal apa saja yang perlu untuk dikerjakan oleh manusia berdasar pada asumsi mengenai realitas (kenyataan), lingkungan, dan sifat manusia itu sendiri, apakah ia harus aktif (agresif), pasif (menuggu atau diam), mengembangkan diri, atau dan sebagainya. Apa yang dimaksud dengan kerja dan apa yang dimaksud dengan bermain ?. Dasar dari aspek ini adalah berkaitan dengan sikap mental manusia terhadap lingkungannya, apakah reaktif, proaktif, atau harmonis.

c. Hakekat realitas dan kebenaran

Tingkatan aspek ini berkaitan dengan pandangan para anggota organisasi terhadap kaidah linguistik dan keprilakuan yang dapat memutuskan mana yang nyata dan mana yang tidak, mana yang fakta, bagaimana suatu kebenaran di tentukan atau di tetapkan, apakah suatu kebenaran tersebut diungkapkan atau ditemukan ?. Di dalam aspek ini memiliki 4 (empat) elemen pokok yaitu:

1. Realita fisik yang berkaitan dengan persoalan kriteria objektif atas suatu fakta.

2. Realita sosial yang mempermasalahkan konsensus atas opini, kebiasaan, digma dan prinsip.
3. Realita subjektif yang mempermasalahkan terhadap pengalaman subjektif atas pendapat,
kecenderungan dan cita rasa pribadi.

4. Berkaitan dengan suatu kebenaran, yang berarti bagaimana seharusnya suatu kebenaran tersebut ditentukan apakah oleh agama, dogma, tradisi, moral, pendapat orang bijak atau berwenang, proses hukum, revolusi konflik, uji coba (eksperimen), atau pengujian ilmiah.
d. Hakekat waktu

Tingkat aspek ini berkaitan dengan pandangan para anggota organisasi yang terorientasi dengan waktu. Tingkat aspek ini juga di temukan memiliki 2 (dua) elemen penting di dalamnya yaitu:

1. Terfokus pada masa lampau, kini dan masa yang akan datang.

2. Apakah ukuran waktu yang relevan dipakai di dalam organisasi tersebut memakai satuan

detik, menit, jam, dan seterusnya.

e. Hakekat sifat manusia

Pada aspek ini, berkaitan dengan pandangan semua anggota organisasi yaitu mengenai apa yang dimaksud dengan manusia serta apa saja atributnya baik yang intrinsik atau puncak. Pada aspek ini juga di dapat 2 (dua) elemen penting yaitu :

1. Berkaitan dengan struktur hubungan manusiawi yang mempunyai alternatif linelitas, kolateralitas atau individualitas.

2. Berkaitan dengan struktur organisasi yang mempunyai variasi otokrasi, paternalisme, konsultasi, partisipasi, delegasi, kolegalitas.

f. Kesamaan dan Perbedaan Kelompok

Apakah kelompok yang dianggap baik tersebut berada di dalam kondisi homogen atau berbeda., dan apakah individu dalam suatu kelompok di dukung untuk berinovasi atau harus menyesuaikan diri.

Masalah Dalam Budaya Organisasi

Dalam suatu kenyataan pasti selalu ditemukan adanya masalah. Begitu pula dalam budaya organisasi. Masalah yang timbul biasanya merupakan kecemburuan sosial pada sesama anggota organisasi sehingga dapat menyebabkan disintegrasi pada organisasi tersebut. Hal seperti ini merupakan dampak dari factor-faktor sebagai berikut:

1. Perbedaan hak yang didapat anggota organisasi;

2. Perlakuan yang timpang dari pimpinan organisasi;

3. Ketidak mampuan anggota untuk bersaing, dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar